KOMENTAR

PRAKTISI kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama menyatakan bahwa Indonesia dihadapkan pada triple burden disease ancaman di mana penyakit menular, tidak menular, dan new emerging disease.

Sejak 24 januari 2020 pertama kali ditemukan kasus COVID-19 di Jakarta dan Indonesia telah menerbitkan SE Satgas No. 1 tahun 2023 pada 9 Juni 2023 tentang perjalanan dalam dan luar negeri.

Vaksin dianjurkan sudah dosis ke-4 tetapi tidak lagi dijadikan syarat perjalanan juga menggunakan masker tidak diwajibkan kecuali sedang sakit atau mencegah faktor risiko tertentu.

Akan tetapi COVID-19 akan terus ada disekitar kita walau bisa dikatakan mirip dgn flu biasa tapi perlu tetap diwaspadai pada kelompok rentan yang memiliki komorbid HT, DM, penyakit jantung, gagal ginjal kronik, TBC, HIV, ibu hamil, anak, dan lansia. Vaksinasi 4 kali terbukti menurunkan risiko keparahan dan kematian akibat COVID-19 dari berbagai variant of concern yang ada.

Menurut dr. Ngabila, selama hampir 3,5 tahun Indonesia berjuang melawan COVID-19 dengan sinergi pemerintah pusat dan daerah serta kolaborasi pentahelix swasta, masyarakat, akademisi dan mahasiswa, pers dimana pemerintah sebagai penjahit kolaborasinya, juga tak lupa peran forkompimda TNI Polri, beberapa ancaman penyakit menular potensial wabah lainnya termasuk PD3I justru mengintai kembali.

Menurunnya cakupan imunisasi anak selama 2020 dan 2021 meningkatkan kasus campak dan rubella di Jakarta pada 2022. Difteri juga mulai mengancam dgn adanya potensi kenaikan kasus pada 2023. Di Indonesia sendiri di beberapa daerah di Aceh dan Purwakarta ditemukan kasus polio baru tentunya surveilans lumpuh layuh akut perlu ditingkatkan.

Untuk itulah pemerintah menyiapkan setidaknya 12 antigen imunisasi GRATIS untuk anak balita, anak SD, dan dewasa dengan harapan cakupan imunisasi lebih bisa ditingkatkan. Bagaimanapun, surveilans dan imunisasi adalah dua hal kuat yg tidak dapat dipisahkan.

"Cegah sakit dengan imunisasi lengkap, memakai masker dan alat pelindung diri, pola hidup sehat. Mencegah kecacatan komplikasi dan kematian tentunya diperlukan deteksi dini dengan surveilans yang kuat berbasis fasilitas kesehatan dan masyarakat serta dilanjutkan pengobatan dini yang adekuat," ungkap dr. Ngabila dalam keterangan yang diterima Farah.id.

Pada tahun 2022 Indonesia juga dilanda kasus hepatitis virus misterius, gagal ginjal akut progresif atipikal / GGAPA, dan 1 kasus import case monkey pox di Jakarta dari luar negeri.

"Mengingat berbagai perkembangan tersebut, perlu terus ditingkatkan kewaspadaan terhadap penyakit menular wabah emerging baik itu penyakit baru maupun reemerging disease. Perlu penguatan pasukan akar rumput yaitu kader, RT, RW, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk meningkatkan surveilans aktif berbasis masyarakat dan meningkatkan cakupan imunisasi yang tinggi, merata, juga bermutu," pungkas dr. Ngabila.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon